• principal@sman17plg.sch.id
  • Jl. Mayor Zurbi Bustan, Lebong Siarang Palembang
  • 088294873406
  • Ifada Khairunnissa – “Never Ever Stop Learning!”

    Ifada Khairunnissa – “Never Ever Stop Learning!”

    “Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan; bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan” -Andrea Hirata

    Hi! namaku Ifada. Bisa juga dipanggil Fiifii. Fiifii itu panggilan akrab dari teman-teman di tim basket. Aku sedang menjalankan program pertukaran pelajar Kennedy Lugar -Youth Exchange and Study year program 2018/2019 yang disponsori oleh Us Department of State dan dikelola oleh lembaga Bina Antarbudaya. Kalau kepo tentang program ini, langsung meluncur aja ke website Bina Antarbudaya!

    Aku sekarang tinggal di Coralville, Iowa state, Amerika serikat. Ini unik karena rumahku berada di 3 perbatasan kota yang berbeda. 3 menit dari Coralville, 5 menit dari Iowa City dan 10 menit dari North Liberty. Mau cerita sedikit nih tentang keluargaku disini yaitu Dad, Mom, dan Ilyas. Mommy orang Amerika yang keluarganya asli dari Yerusalem. Sedangkan Daddy orang Prancis. Daddy pinter dan hobi banget masak! Oleh karena itu, aku di rumah lebih sering makan makanan Eropa dibandingkan Amerika. Mommy dan Daddy juga tipe orang yang paling sensitif kalau masalah makanan. Mostly, mereka selalu pastiin kalau bahan makanan yang kita konsumsi itu organik dan NO JUNK FOOD. Aku sayang banget sama adikku, Ilyas. Selama ini aku selalu jadi anak bungsu di rumah dan baru disini aku merasakan jadi anak sulung. Dari Ilyas, aku belajar bagaimana menjadi kakak yang baik, dapat diandalkan, dan bisa buat adiknya tersenyum!

    Setiap hari aku bangun tidur jam 6 pagi. Menyesuaikan dengan shalat shubuh. Setelah itu siap-siap ke sekolah. Aku bawa bekal dari rumah karena kata Mommy, makanannya jauh lebih sehat dan higienis. Jadi ya harus masak sendiri. Jam 08:15 pagi baru deh jalan kaki ke bus stop. Cuaca dingin bisa bikin air mata keluar loh walaupun cuma jalan 5 menitan! Iya aku pernah menangis saking kedinginannya (dan karena salah kostum juga). Aku ke sekolahnya naik bus kuning ikonik sekolah Amerika. Sampai di sekolah belajar seperti biasa. Disini pakai sistem moving class juga! Tapi movingnya cuma sendiri, ga bareng sama teman sekelas. Jadi, ketemunya sama teman-teman yang berbeda di tiap kelas.

    Disini, manajemen waktu itu penting banget. Telat lima menit aja sudah ga bisa masuk kelas lagi. Baru diizini duduk kalau kita membawa kartu pass yang diatasnya tertulis alasan terlambat dan tanda tangan salah satu guru yang bertanggung jawab. Terus, sekolah selesai pukul 4 sore. Namun, aku masih ada kegiatan latihan basket setiap hari. Latihannya selesai jam 06:30 malam. Seminggu dua kali (hari selasa dan Jumat) pasti ada pertandingan basket. Jika pertandingannya di sekolahku, aku baru bisa pulang jam 9 malam! Bahkan jika di sekolah lain, aku baru sampai rumah jam 11:30 malam! Di weekend pun juga masih ada kegiatan sukarelawan dan urusan lainnya. Itulah mengapa belajar manajemen waktu itu penting banget! Aku belajar untuk menyeimbangin antara akademik, non-akademik, waktu sama keluarga, dan keperluan pribadi.

    Meskipun aku tinggal di Coralville namun aku belajar di Liberty High School, North Liberty. Aku merasa beruntung sekolah disini karena Liberty High School ini SMA yang baru berdiri tahun 2017. Semua fasilitasnya baru dengan teknologi yang baru juga. Disini, siswa boleh memilih 4 pelajaran akademik dan 3 non-akademik. Bahkan kita diberi kebebasan untuk memilih “Studyhall” atau jam kosong diantara 7 jam pelajaran itu! Aku memilih jam kosong di jam pelajaran kelima karena dengan begitu aku bisa punya waktu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Disini aku shalat dzuhurnya di perpustakaan atau UKS. Meskipun tidak senyaman di masjid, aku tetap bersyukur bisa melaksanakan shalat.

    Sebelum datang kesini, takut banget sama bahasa inggris! Ga kebayang sama sekali belajar sejarah, matematika, sains, seni, dan olahraga dalam bahasa inggris. Akan tetapi, aku ga mau mengasihani diri! Ga bisa? Ya belajar! Setelah sampai disini, aku berusaha untuk mengasah bahasa inggrisku. Aku menyimak pelan-pelan dan minta diulang kalau mereka berbicara terlalu cepat. Disini, guru sering sekali memberi bahan bacaan, mau ga mau ya aku harus terjemahkan dulu supaya mengerti. Lucunya, aku belajar pakai dua tangan secara bersamaan! Tangan kanan menulis di buku dan tangan kiri sibuk mengetik kata-kata di google translate. Disini, semua siswa difasilitasi notebook jadi gampang untuk ke google translate. Setelah  berusaha sekuat tenaga (ciee) bahasa inggrisku pun semakin baik!

    Untuk non-akademik, disini aku aktif di seni 2D, paduan suara, klub budaya, klub matematika, klub sosial, muslim girls club dan basket. Disini kita boleh join lebih dari satu klub. Bagiku, basket adalah kegiatan yang paling menarik! Karena aku paling ga suka olahraga! Lohh kok ga suka tapi malah join? Ya justru itu dong yang bikin ini seru! Aku jadi belajar hal-hal baru setiap harinya dan perlahan-lahan mulai mencintai apa yang aku benci.

    Meskipun harus latihan setiap hari selama 2 jam (kecuali minggu), nge-gym selama 15 menit, paling pendek, paling lambat larinya, belum mengerti peraturannya, teknik dasar pun masih belum lancar, keseleo? Sering! Memar-memar dan luka? Banyak! tapi aku tetap enjoy di tim ini. Alasannya karena orang Amerika itu sangat apresiatif! Mereka menghargai niatku untuk belajar dan berusaha. Tidak mengeluh dengan semua kesalahan yang aku buat dan terus memberi dukungan padaku. Salah satunya dengan cara teriak-teriak “Come on, Fiifii! You got it!”. Dengan dukungan mereka dan terus rajin latihan, aku semakin baik di basket, stamina semakin kuat, bahkan sampai punya otot juga!

    Sekian cerita dariku! Selalu ingat bahwa tuhan tidak menciptakan kita sempurna. Namun tuhan memberikan kita semua petunjuk untuk menjadi lebih baik. Tinggal kita sendirilah yang menentukan ingin mengambilnya dengan berusaha untuk belajar atau hanya diam berdiri mengasihani diri sendiri yang dibayangi ketakutan. “Never Ever Stop Learning!” -Ifada Khairunnissa, Iowa 2019