• principal@sman17plg.sch.id
  • Jl. Mayor Zurbi Bustan, Lebong Siarang Palembang
  • 088294873406
  • Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan dan Masyarakat

    Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan dan Masyarakat

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga mengadakan sosialisasi penguatan pelaku pendidikan di satuan pendidikan Kota Palembang tahun 2015 dengan tema Pendidikan Keluarga Harapan, bertempat di Hotel Daira Palembang, Rabu (30/12).

    Sasaran kegiatan ini adalah Kepala Sekolah dan atau guru bimbingan konseling SD, SMP dan SMA di Kota Palembang termasuk perwakilan dari SMA Plus Negeri 17 Palembang, Ibu Wahyu Indah Purnamasari, S.Pd. Acara dimulai jam 09.00 WIB oleh Kepala Seksi Kurikulum SMP/SMA Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palembang Bapak Drs. Sumarna, M.M. sekaligus pembicara pertama dengan topik penguatan kemitraan keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat. Beliau menyampaikan bahwa kebijakan program penguatan kemitraan keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat ini merupakan salah satu respon atas semakin maraknya aksi kekerasan termasuk kekerasan seksual, intimidasi, penggunaan obat-obat terlarang dan banyak gejala sosial lain yang memprihatinkan.

    Untuk itu diperlukan strategi internalisasi nilai melalui revolusi mental kemitraan ketiganya (keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat). Keterlibatan orangtua dalam pertemuan  minimal dua kali dalam setahun, di awal masuk atau pada saat akhir tahun. Begitu pula keterlibatan masyarakat untuk membentuk karakter bangsa.

    Dilanjutkan oleh pembicar berikutnya yaitu Ibu Hj. Fatmawati, M.Pd. yang menyampaikan tema membangun  karakter. dan budaya prestasi melalui Tri Pusat pendidikan yaitu orangtua, satuan pendidikan,dan masyarakat harus memiliki kemampuan berkarya, kreatif, inovatif, mandiri, dan percaya diri untuk menumbuhkembangkan karakter dan budaya berprestasi peserta didik.

    Karakter harus dibentuk dari keluarga, diperindah di satuan pendidikan, dan didukung oleh masyarakat. Tentu saja banyak tantangan, untuk itu pelaku pendidikan khususnya guru bimbingan konseling dituntut peran aktifnya membangun komunikasi yang baik dengan orangtua. Ditambahkannya bahwa sesulit apapun kita mengembalikan karakter anak harus tetap diusahakan dan jangan sampai anak bangsa semakin terperosok, tentu dengan kesabaran dan keikhlasan.Ibarat menyiram pohon yang daunnya sudah kering dan hampir mati tapi masih ada secercah harapan kehidupan di dalamnya. Anak-anak masa kini juga harus dibekali banyak ilmu diluar mata pelajaran, seperti pendidikan anti korupsi, pendidikan seksual dan pengetahuan tentang obat terlarang dll.

    Tema terakhir pelatihan ini adalah tentang pencegahan kekerasan pada anak dengan pembicara Ibu Dra. Rini Herlina R., M.Pd. sesuai dengan aturan yang tertera pada Undang-Undang No. 23 tahun 2002 dan Undang-Undang No. 35 tahun 2014. Sebagai orangtua, pelaku pendidikan dan masyarakat, kita harus memutus rantai kekerasan terhadap anak. Sejak umur 0 bulan anak sudah bisa diatur untuk disiplin, tanggung jawab dll. Untuk itu diperlukan peran pola asuh keluarga sebagai guru pertama untuk membentuk karakter anak.

    Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
    jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
    jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
    jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
    jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar ia belajar menahan diri.
    jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
    jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
    jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

    Selain itu bu Rini mengajak kita semua untuk lebih peduli dengan anak di lingkungan sekolah. Pada jam-jam kosong atau di jam istirahat bahkan jam pulang sekolah yang sangat rentan untuk terjadinya kekerasan atau bullying terhadap anak. Begitu juga sebagai masyarakat, kita harus peduli dengan kejadian-kejadian diluar yang mengarah pada kekerasan atau bullying terhadap anak. Kita juga harus melek teknologi karena bullying itu terbagi menjadi tiga; fisik, verbal, dan melalui social media. Sebagai gambaran bu Rini mengajak peserta pelatihan untuk melaksanakan kegiatan mind parenting, dimana peserta berlaku sebagai anak dan kemudian sebagai orangtua.

    Kegiatan yang sangat bermanfaat ini ditutup pada jam 15.30 WIB dengan diakhiri dengan pesan bahwa mulailah dari diri sendiri, mulailah dengan semangat, adakan parenting class di sekolah sebagai penguatan kemitraan keluarga, masyarakat dan satuan pendidikan.