Pagi tadi, Rabu (28/08) secara resmi telah dilaksanakan serah terima sekaligus perkenalan siswa pertukaran pelajar program AFS dari Jerman dan Hongkong oleh Yayasan Bina Antarbudaya Chapter Palembang kepada pihak sekolah bertempat di Lapangan Basket. Keduanya adalah siswa program pertukaran pelajar AFS (American Field Service) yaitu Ruben Gabriel Rupprath (Jerman) dan Kris Tse Ching Ngai (Hongkong).
Setelah beberapa waktu SMA Plus Negeri 17 Palembang melepas kembalinya Florian Dilan dan Wakana Yokoyama (siswa AFS) ke negaranya masing-masing, hari ini sekolah kembali menerima warga baru lagi dari Jerman dan Hongkong. Ruben dan Kris, begitu nama panggilan mereka akan berada di Indonesia tepatnya di Palembang lebih kurang setahun ke depan. Mereka berdua akan belajar bersama di SMA Plus Negeri 17 Palembang sekaligus mempelajari adat istiadat, budaya, bahasa dan semua hal mengenai Indonesia.
Mereka akan tinggal bersama host family mereka masing-masing di Palembang dan bersekolah di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sebenarnya mereka berdua sudah berada di Palembang sejak hari Senin (26/08) kemarin dan mulai belajar di SMA Plus Negeri 17 Palembang keesokan harinya. Namun karena sesuatu hal baru dapat diperkenalkan kepada seluruh warga sekolah pada hari ini.
Ruben Gabriel Rupprath (usia 16 tahun) dan Kris Tse Ching Ngai (18 tahun) memperkenalkan diri di atas panggung dan serentak seluruh peserta didik dan bapak/ibu guru memberikan sambutan hangat dengan bertepuk tangan dan menyebut kedua nama teman, saudara dan keluarga baru mereka. Mereka berdua akan bergaul dan belajar di Indonesia selama lebih kurang selama setahun melalui program AFS. Bersama tiga puluh satu siswa AFS lain dari seluruh dunia dan ditempatkan di berbagai daerah di Indonesia untuk belajar tentang Indonesia. Ditanya mengenai perasaan mereka ketika mengetahui Negara yang akan mereka tinggali adalah Indonesia, mereka menjawab surprise sekaligus menyenangkan. Mereka juga sangat senang dengan sambutan teman-teman baru yang sangat hangat walaupun mengaku masih beradaptasi dengan bahasa, adat dan cuaca yang dirasa cukup panas di Indonesia bagi mereka.