• principal@sman17plg.sch.id
  • Jl. Mayor Zurbi Bustan, Lebong Siarang Palembang
  • 088294873406
  • Workshop Peran Guru dalam Mencegah Kekerasan Seksual di Sekolah

    Workshop Peran Guru dalam Mencegah Kekerasan Seksual di Sekolah

    Komunitas Belajar 17 Bergerak baru-baru ini mengadakan workshop yang sangat penting dengan tema “Peran Guru dalam Mencegah Kekerasan Seksual di Sekolah.” Kamis, 10 Oktober 2024 di Aula Gedung B SMA Plus Negeri 17 Palembang. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan guru dan siswa tentang isu kekerasan seksual dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman. Dengan menghadirkan narasumber: Ibu Rosada Dwi Iswari, M.Psi. dari UNSRI, workshop ini tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga memberikan strategi praktis yang dapat diterapkan di sekolah.

    Salah satu poin kunci yang dibahas adalah pentingnya edukasi tentang kekerasan seksual. Peserta diajarkan bahwa pemahaman yang mendalam tentang topik ini harus dimulai sejak dini, baik untuk guru maupun siswa. Edukasi yang sensitif dan sesuai dengan perkembangan usia siswa sangat diperlukan agar mereka dapat mengenali tanda-tanda kekerasan seksual dan memahami hak-hak mereka. Dengan memberikan informasi yang jelas, diharapkan siswa dapat lebih berani melapor jika mengalami atau menyaksikan kekerasan seksual.

    Selama workshop, peserta juga mendalami definisi kekerasan seksual, yang mencakup berbagai bentuk tindakan merendahkan dan menyerang tubuh seseorang tanpa persetujuan. Diskusi ini bertujuan untuk mengedukasi guru mengenai berbagai bentuk kekerasan yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah, dari sentuhan fisik hingga ujaran yang melecehkan. Memahami definisi ini sangat penting agar guru dapat mengenali dan menanggapi situasi yang mungkin terabaikan.

    Peran guru dalam menciptakan lingkungan yang aman juga menjadi fokus utama. Guru tidak hanya bertindak sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pendengar yang empatik bagi siswa. Dalam workshop, para peserta diajarkan cara mendukung siswa yang mungkin mengalami kekerasan seksual, serta pentingnya membangun relasi yang sehat dan saling percaya. Memahami relasi kuasa antara guru dan siswa adalah kunci untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual, terutama ketika ada ketimpangan kekuasaan dalam interaksi sehari-hari.

    Akhirnya, workshop ini menekankan perlunya tim pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di sekolah, serta pentingnya respons yang cepat terhadap pengaduan siswa. Dukungan psikologis bagi siswa yang mengalami kekerasan seksual juga ditekankan, baik dari guru maupun profesional. Kesadaran hukum terkait perlindungan anak dan kekerasan seksual menjadi penutup penting dalam kegiatan ini, mendorong guru untuk memberikan informasi yang akurat kepada siswa dan orang tua. Dengan demikian, workshop ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kekerasan seksual, serta memperkuat peran guru dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman.