Tak seperti Indonesia yang memiliki banyak penduduk usia produktif, Jepang memiliki jumlah penduduk usia produktif yang jumlahnya lebih sedikit. Namun, hal tersebut tak menutup pemikiran masyarakat Jepang tentang bagaimana mereka hendak melanjutkan kehidupan bangsanya. Mereka memiliki berbagai cara untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya dengan menyelenggarakan program Japanese Speaker Forum.
Japanese Speaker Forum 2015 merupakan program ke-4 kalinya yang dilaksanakan oleh The Japan Foundation bertempat di International Youth Centre, Cheras, Malaysia. Program ini berlangsung selama kurang lebih 9 hari (6 Agustus 2015 – 14 Agustus 2015) dan diikuti oleh 6 negara di Asia; Jepang, Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Tujuan program ini tidak hanya mengenalkan Jepang terhadap berbagai negara di Asia, namun juga merupakan salah satu fasilitas bagi negara-negara di Asia untuk bertukar kebudayaan.
Sesuai dengan tema yang terpilih tahun ini, yaitu “Omoikomi” atau persepsi dalam bahasa Indonesianya, diberbagai kegiatan dibahas mengenai persepsi awal seseorang baik tentang tempat maupun negara, tentunya dengan menggunakan bahasa Jepang full. Pada awalnya, saya merasa minder karena kemampuan bahasa Jepang saya yang kurang dibanding yang lain. But, we need to survive! Saya mencoba berbicara sebisa saya, mix bahasa inggris dan jepang. Semakin dipelajari, setiap persepsi bisa saja salah dan tidak terduga kenyataannya. Berbagai persepsi tersebut dituangkan dalam bentuk presentasi. Setiap anak dapat menuangkan perasaan mereka dalam presentasi tersebut, tahap demi tahap.
Kegiatan-kegiatan presentasi kecil setiap hari tersebut ternyata merupakan bagian dari persiapan presentasi besar yang nantinya akan ditampilkan saat Closing Ceremony pada 13 Agustus 2015. Kegiatan yang terkesan membosankan ini ternyata justru sebaliknya jika dijalani, sangat menyerukan! Tak hanya mengenal lebih jauh negara dan budaya Jepang dan lainnya, namun juga menambah wawasan dan interaksi antar negara. Berbagai kegiatan tersebut tentunya diselingi dengan kegiatan jalan-jalan ke Mini Malaysia dan Malaka tak lain sebagai fasilitas agar siswa dapat lebih saling mengenal.
Namun tak disangka, 9 hari yang awalnya saya pikir akan berlangsung lama, ternyata cepat sekali berlalu. Banyak sekali kenangan-kenangan seru yang tak dapat dilupakan. Apalagi saat berinteraksi dengan siswa-siswi dari negara lain. Selain menambah pengetahuan, namun juga mempererat persaudaraan antar negara. Suatu kebanggaan tersendiri bagi saya dapat mengikuti program Japanese Speaker Forum ini. Walau sempat kecewa karena tahun ini tidak dilaksanakan di Jepang, namun tetap saja membekas di hati saya kenangan selama 9 hari tersebut. Akhir kata, kami, siswa-siswi program Japanese Speaker Forum, siap meneruskan masa depan dunia melalui pemikiran positif dan berbeda! (RIZ)