Sudah hampir enam bulan sejak kembalinya aku dari Negeri Paman Sam, dan kenangan akan hari-hari yang telah aku lewati selama delapan bulan masih lekat membekas di ingatanku. Dulu ketika aku masih kecil aku pernah bermimpi bahwa suatu saat nanti aku akan menggemakan nama Indonesia di telinga dunia.
Ternyata tahun lalu, aku diberi amanah dan kesempatan untuk merealisasikan mimpi itu. Tahun lalu, tepatnya Juli 2019 aku resmi terpilih menjadi kandidat dari program pertukaran pelajar KL-YES ke Amerika Serikat yang dibiayai penuh oleh US Department of State.
Dulu, ketika aku melihat post sosial media kakak-kakak yang sedang on-program, kesan yang aku dapatkan adalah betapa asiknya bersekolah dan merasakan kehidupan layaknya di negeri yang lifestyle dan sistem pendidikannya jauh berbeda dari negara yang aku tinggali sekarang. Namun, setelah aku merasakan sendiri, ternyata menjadi seorang siswa pertukaran pelajar itu lebih dari sekedar hidup dan bersekolah di luar negeri. It’s not about a year in a life, but it’s about a life in a year.
Aku mendapatkan placement di Ottawa Hills, Ohio dan selama berada disana aku tinggal bersama keluarga angkat. Aku tinggal bersama keluarga McGrath, dimana aku mempunyai empat saudara angkat. Dua saudaraku, Emily dan Thomas adalah mahasiswa di suatu universitas negeri di Ohio dan dua saudaraku yang lain, Anjali dan Kellen masih berada di bangku SMA dimana aku ends up pergi ke sekolah yang sama dengan saudara-saudaraku, yaitu Ottawa Hills High School. Kebetulan, saat aku datang, aku, Kellen, dan Anjali berada di satu angkatan yang sama yaitu angkatan 2021 dimana kami menduduki bangku kelas 11, kalau American termsnya itu “Junior”. Ayah angkatku adalah seorang pilot di sebuah maskapai nasional di Amerika. Ia adalah seorang pecinta seni dan juga orang yang sangat kreatif. Ia sangat rajin dalam hal bekerja, sampai-sampai pekerjaan tukang menukang di rumah biasanya ia kerjakan sendiri. Ibu angkatku adalah seorang stay-at-home, sehingga most of the time ia berada di rumah mengurusi anak-anaknya dan kedua anjing peliharaan keluarga McGrath, Lucy dan Coco.
Di sana, aku bersekolah di Ottawa Hills High School bersama Anjali dan Kellen. Kami berada di satu kelas yang sama, yaitu class of 2021 dimana kami merupakan seorang “Junior” atau kalau di Indonesia disebut sebagai siswa kelas 11. Di sekolah aku diwajibkan untuk mengambil delapan mata pelajaran dan empat dari delapan mata pelajaran tersebut adalah science, social studies, math, dan english. Mungkin terdengar cukup sama dengan pilihan mata pelajaran di Indonesia, namun yang membedakannya adalah siswa di sana dapat memilih kelas IPA, IPS, Matematika, serta kelas-kelas elektif lainnya. Aku sendiri memilih untuk mengambil kelas US Government sebagai kelas social studies, English I sebagai kelas bahasa, Algebra II sebagai kelas Matematika, dan Anatomy dan Physiology sebagai kelas Science. Ya, disamping fakta bahwa aku adalah anak IPS di sekolah Indonesiaku, aku tetap harus mengambil satu kelas IPA selama bersekolah di sana. Awalnya aku sedikit gugup, karena sudah lebih dari dua tahun tidak berjumpa lagi dengan pelajaran IPA. Namun ternyata aku bisa melewati kelas tersebut bahkan mendapatkan predikat honors ketika tahun ajaran berakhir. Disamping kelas-kelas yang diwajibkan, aku juga mengambil beberapa kelas elektif yang menurut aku sangat-sangat asyik, yaitu kelas Desain Grafis, Foundation Art, Band, dan study hall. Aku menyukai semua kelas yang aku ambil dan aku benar-benar menikmatinya.
Pada semester 1 aku memilih untuk tidak mengikuti kegiatan sports, karena aku telah mengikuti marching band. Jadi, sport season di Amerika itu terbagi menjadi empat, fall sports , winter sports, spring sports, dan summer sports. Di season fall sports, ada olahraga yang namanya football, olahraga khas high-school dan universitas di Amerika. Jadwal pertandingan football selama fall season adalah hari Jumat, dimana aku bersama tim marching band akan tampil dan ikut meramaikan di waktu half-time. Barulah di spring sport season, aku memilih untuk mengikuti tim track and field. Disini aku merasa aku mendapatkan tantangan, sebagai seorang yang tidak pernah berkecimpung di dunia atletik aku berusaha untuk mengeluarkan diriku dari zona nyaman. Ya, aku mencoba menjadi seorang atlet lari. Tentu bukanlah hal yang mudah untuk membuat keputusan tersebut, bahkan pada beberapa hari pertama latihan aku ingin berhenti. Namun aku tetap diyakinkan oleh keluarga angkatku bahwa aku bisa.
Jika ditanya mengenai pengalaman paling berharga yang aku dapatkan, tentu aku dengan spontan akan menjawab “Semuanya.”. Mulai dari festival-festival yang rutin diadakan setiap tahun seperti festival musim gugur, festival diwali, dan festival Internasional. Kemudian American Holidays seperti thanksgiving dan natal. Thanksgiving dan natal diadakan pada akhir tahun yaitu pada bulan November dan Desember, dimana pada saat itu aku berada di titik terbawah selama berada dalam program. Pada saat itu aku sedang rindu dengan rumah dan teman-teman di Indonesia. Namun momen Thanksgiving dan Natal dapat membuat aku merasa berada di rumah, bukan di rumah Indonesia namun di rumah keduaku di Amerika Serikat. Pada malam thanksgiving aku dan keluarga angkatku menyantap thanksgiving dinner dimana kami menyantap turkey dish, makanan khas untuk thanksgiving bersama di ruang makan. Lalu, pada hari natal kami pergi ski ke Michigan dan pulang pada malam natal. Di hari natal, keluargaku melakukan acara yang rutin mereka lakukan tiap tahun yaitu tukar kado. Lalu siangnya, kami pergi ke gereja, aku ikut untuk menemani keluarga angkatku. Di sana aku dan keluargaku benar-benar belajar yang namanya toleransi karena saat perayaan Hari Idul Adha mereka juga membuat acara makan-makan kecil-kecilan untuk aku seorang Muslim yang merayakan.
Pada bulan Januari, aku diberi kesempatan oleh sekolahku dan orang tua angkatku untuk pergi ke Kanada bersama teman-teman kelas Bandku. Selain untuk melancong, kami juga melakukan beberapa penampilan Band selama di sana, salah satunya di Istana Casa Loma. Merupakan suatu kebanggaan bagi kami dapat tampil di negara lain. Kami juga mengunjungi beberapa tempat lain di Kanada seperti Royal Ontario Museum, aquarium raksasa, St. Lawrence Market, CN. Tower, . Aku juga berkesempatan untuk melihat Niagara Falls secara langsung, sungguh menakjubkan dan indah.
Selain untuk bersosialisasi, hidup dengan keluarga angkat, membuat teman baru, dan bersekolah, aku juga harus melakukan yang namanya community service dalam bentuk volunteering atau menjadi seorang sukarelawan. Selama berada di sana, banyak sekali community service yang aku ikuti seperti menjadi volunteer AFS-USA, volunteer di Perrysburg International festival, rummage sale, acara piknik gereja, dan masih banyak lagi. Aku juga melakukan beberapa community service yang rutin dilakukan tiap minggunya, yaitu menjadi seorang pengajar di Hawkins Elementary School dan seorang volunteer di Sunset House. Setiap hari rabu aku datang ke sekolah tersebut untuk mengajari adik-adik yang masih berada di bangku SD, yang aku ajari pun beragam mulai dari matematika hingga bahasa Inggris. Dari program ini aku banyak belajar bahwa di dunia ini ada banyak anak-anak yang mendapatkan privilege untuk bermain dan belajar tanpa dibatasi oleh kemampuan finansial, namun ada juga yang terbatasi oleh hal itu. Kemudian di Sunset House, aku ikut membantu para lansia untuk melakukan kegiatan yang mengasyikkan di waktu luang mereka. Disana aku excited untuk ikut membantu volunteers yang lain dalam membantu pasien dalam bermain games, makan, ataupun sekedar jalan-jalan mengelilingi kompleks. Walaupun umur yang terpaut cukup jauh, kegiatan volunteering disana tetaplah sangat menyenangkan karena berusaha memahami para pasien tidaklah mudah.
Aku sangat bersyukur akan semua hal yang saya lalui selama perjalan exchange ini. How come not? I got a second home, a new family, friendship that is worth a lifetime, getting to know people from all around the world, new experiences, new opportunities, and a new me. Living life as an exchange student was amazing, everyday was a challenge and a new experience. I’ve grown so much throughout the year. It changed me in a way that makes me stronger, wiser, and better. As well as the memories I made that I will cherish and remember for the rest of my life. Hence to my second home and family, I’m lucky to have you as something that makes saying goodbye so hard.
I’ve told my story, now it’s time for you to make your own.
(Aliyya Luthfiani Nur Izzizti)