Kesederhanaan terlihat jelas dalam penampilan keseharian Ibu Widya Grantina, S.Pd., M.T. atau yang biasa dipanggil Maam Wid oleh rekan-rekan guru dan peserta didik di SMA Plus Negeri 17 Palembang, namun hal itu tak menghalanginya untuk berprestasi. Beliau berhasil meraih peringkat ketiga Guru SMA Berprestasi Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Plaza Insan Cendikia Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta (21/11).
Setelah sepuluh tahun secara kontinyu mengirimkan peserta ke tingkat nasional, akhirnya provinsi Sumatera Selatan berhasil meraih penghargaan untuk Guru SMA Berprestasi Tingkat Nasional. Diharapkan hal ini dapat memberikan suntikan spirit dan energy positif kepada para guru di provinsi Sumatera Selatan untuk mengukir prestasi lebih baik di tingkat nasional.
Ibu Widya tidak pernah menyangka akan memperoleh penghargaan tersebut, karena peserta dari provinsi lain, terutama dari Pulau Jawa, terlihat jauh lebih siap untuk mengikuti kompetisi.
“Doa saya sebagai peserta adalah agar saya tidak ‘malu-maluin’ nama sekolah dan provinsi Sumatera Selatan dalam pemilihan itu.Tugas dan kewajiban saya sebagai utusan provinsi dan sebagai wakil guru-guru SMA se-Sumatera Selatan adalah melakukan dan memberikan yang terbaik yang saya bisa. Menjadi salah satu pemenang dalam lomba itu sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikiran saya,” katanyamengawalikisahperjalanannyadalamlombatersebut.
Sebagai pembina KIR dan Pembina olimpiade sains bidang kimia, beliau telah mengantarkan peserta didik yang tak terhitung jumlahnya menjadi pemenang di berbagai kompetisi, baik tingkat kota Palembang, tingkat provinsi, nasional, bahkan internasional. Namun beliau menyatakan bahwa beliau hanya membuka dan menunjukkan jalan bagi anak-anak bimbingannya untuk meraih prestasi-prestasi tersebut. Sedangkan keikutsertaaannya sebagai pemakalah dalam konferensi tingkat internasional disebutnya sebagai keberuntungan. Prestasi-prestasi tersebut memberikan nilai tambah baginya sebagai peserta.
Setelah dinyatakan sebagai juara 1 tingkat provinsi, Ibu Widya mempersiapkan perjalanan menuju kompetisi nasional, dengan menata ulang berkas porto folio dan makalah yang akan dipresentasikan dalam lomba tingkat nasional. Namun jadwal lomba yang semula direncanakan di bulan Agustus dimundurkan ke bulan November sempat membuat beliau meminggirkan persiapan lomba karena tugas-tugas di sekolah yang harus dilaksanakan. Sebelum berangkat, beliau meminta ijin dan mohon doa dari rekan-rekan guru dan anak-anak didiknya agar diberi kelancaran dan kemudahan dalam mengikuti lomba.
“Hingga detik ini saya masih memegang pendapat yang sama bahwa saya belum ada apa-apanya untuk bias meraih salah satu peringkat terbaik dalam lomba itu. Saya hanya guru yang mengerjakan apa yang seharusnya saya kerjakan sebagai seorang guru. Tidak kurang dan tidak lebih. Kemenangan itu terjadi karena Allah memberkati apa yang telah didoakan sekian banyak orang untuk kemenangan saya. Allah memberkati doa putra saya, ibu saya, saudara-saudarasaya, teman-teman guru dan peserta didik di SMA Plus Negeri 17 Palembang, guru-guru SMA di provinsi ini yang mengenal saya, dan sahabat-sahabat saya yang terus mendoakan kesuksesan saya dalam lomba tersebut,” komentarnya mengenai kemenangannya.
Kesederhanaan masih tetap melekat dalam dirinya meski telah membuktikan beliau mampu meraih salah satu predikat terbaik dalam lomba guru berprestasi tingkat nasional. Beliau tidak merasa kemenangannya sebagai beban melainkan peringatan dari Allah kepadanya untuk tetap menjaga amanah sebagai seorang guru.
“Saya tidak akan pernah berubah. Kalau pun saya berubah, Inshaa Allah untuk sesuatu yang lebih baik. Mudah-mudahan hasil ini bias memberikan kebanggaan pada semua pihak, terutama kepada sekolah, warga sekolah, dan para alumni,” katanya sebagai penutup.